Skip to Content

WhatsApp menggunakan database apa?

WhatsApp adalah aplikasi pesan instan yang sangat populer di seluruh dunia. Diluncurkan pada tahun 2009, WhatsApp kini memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif. Sebagai aplikasi besar yang menangani miliaran pesan, foto, video, dan panggilan setiap harinya, WhatsApp tentu membutuhkan basis data yang tangguh dan efisien untuk menyimpan semua data tersebut.

Basis Data Berkas

WhatsApp sejatinya menggunakan sistem basis data berkas. Sejak diluncurkan pada 2009 hingga sekarang, WhatsApp bahkan belum beralih ke sistem basis data relasional seperti MySQL atau PostgreSQL. WhatsApp masih mengandalkan sistem penyimpanan berkas sederhana di setiap perangkat.

Penggunaan sistem basis data berkas memiliki beberapa keuntungan bagi WhatsApp:

  • Sederhana dan efisien. Tidak perlu server basis data terpusat.
  • Skalabilitas tinggi. Dapat menampung pengguna hingga miliaran tanpa masalah.
  • Kecepatan tinggi dalam pengaksesan data karena disimpan lokal di perangkat.

Namun, penggunaan basis data berkas juga memiliki kelemahan:

  • Kurang reliable. Rentan corrupt dan hilangnya data.
  • Sulit melakukan query dan analisis data secara real-time.
  • Tidak cocok untuk data relasional yang kompleks.

Meski demikian, untuk kebutuhan WhatsApp saat ini, performa basis data berkas masih sangat optimal. WhatsApp mampu menyimpan semua data pengguna secara efisien dalam jumlah yang masif.

Struktur Penyimpanan WhatsApp

Lalu, bagaimana cara WhatsApp menyimpan semua data penggunanya hanya dengan mengandalkan sistem basis data berkas yang sederhana? Berikut adalah struktur penyimpanan data yang digunakan WhatsApp:

  • Setiap pengguna memiliki direktori khusus di perangkatnya.
  • Direktori tersebut berisi berkas-berkas seperti pesan, media, kontak, pengaturan, dll.
  • Berkas diberi nama unik berdasarkan ID pengguna, jenis data, dan ID obyek data.
  • Media disimpan terpisah dalam folder media, sedang data pesan disimpan dalam berkas SQLite.
  • Setiap perubahan akan langsung disimpan ke berkas local terkait.

Struktur penyimpanan data berkas WhatsApp di setiap perangkat pengguna kurang lebih seperti ini:

/sdcard/WhatsApp/
|-- Media
   |-- WhatsApp Images
   |-- WhatsApp Video
   |-- WhatsApp Audio
   |-- WhatsApp Animated Gifs
   |-- WhatsApp Stickers
   |-- WhatsApp Voice Notes
|-- Databases
   |-- msgstore.db.crypt12 
   |-- wa.db.crypt12
   |-- axolotl.db.crypt12
|-- Preferences
   |-- com.whatsapp_preferences.xml

Berkas utama basis data WhatsApp adalah msgstore.db.crypt12 yang berisi pesan dan obrolan pengguna dalam format SQLite. Sedangkan berkas wa.db.crypt12 berisi data kontak pengguna, dan axolotl.db.crypt12 berisi data enkripsi pesan.

SQLite pada WhatsApp

WhatsApp menggunakan SQLite sebagai mesin basis data utama untuk menyimpan data pesan, obrolan, grup, dan lainnya. SQLite adalah sistem manajemen basis data relasional yang ringan dan cepat, cocok untuk aplikasi mobile.

Keuntungan SQLite bagi WhatsApp:

  • Ringan, efisien, tidak membutuhkan server basis data terpusat.
  • Support basis data transaksional ACID (atomicity, consistency, isolation, durability).
  • Sudah terintegrasi di Android dan iOS.
  • Digunakan juga oleh aplikasi populat lain seperti Google Chrome, Mozilla Firefox, Skype.

Struktur tabel SQLite utama pada basis data WhatsApp:

Tabel Deskripsi
messages Berisi pesan pengguna
chat_list Daftar obrolan/grup pengguna
contacts Kontak pengguna
group_participants Partisipan grup
media_v2 Media seperti foto, video, audio

WhatsApp menggunakan fitur SQLite seperti indeks, transaksi, dan foreign key constraints untuk menjaga konsistensi dan integritas data. Optimalisasi basis data juga dilakukan secara berkala.

Mekanisme Sinkronisasi Data

Lalu bagaimana data pengguna WhatsApp bisa tetap sinkron di berbagai perangkat? WhatsApp menggunakan mekanisme sinkronisasi data sebagai berikut:

  • Setiap perangkat akan melakukan backup basis data berkas secara berkala ke Google Drive atau iCloud.
  • Saat pengguna mengaktifkan perangkat baru, data akan direstor dari cloud ke perangkat baru.
  • WhatsApp juga melakukan sinkronisasi real-time dengan WhatsApp server untuk data tertentu.
  • Enkripsi end-to-end digunakan untuk melindungi privasi data pengguna.

Mekanisme sinkronisasi data WhatsApp memungkinkan pengguna mengakses riwayat obrolan mereka dari berbagai perangkat secara real-time. Data pengguna tetap aman dengan enkripsi end-to-end.

Peningkatan Kapasitas di Masa Depan

Meski basis data berkas dan SQLite telah berjalan dengan optimal saat ini, pertumbuhan pengguna yang masif dapat menjadi tantangan di masa depan. Beberapa peningkatan yang mungkin dilakukan WhatsApp:

  • Menambahkan caching basis data di server untuk mengurangi beban perangkat pengguna.
  • Sharding basis data berdasarkan wilayah atau segmen pengguna untuk membagi beban.
  • Migrasi sebagian tabel yang tidak membutuhkan enkripsi end-to-end ke basis data terpusat.
  • Menggunakan basis data NoSQL seperti MongoDB untuk keperluan analitik dan agregasi data.

WhatsApp perlu terus melakukan evaluasi dan peningkatan arsitektur basis datanya seiring pertumbuhan pengguna. Namun pada intinya, kesederhanaan dan efisiensi basis data berkas masih menjadi keunggulan WhatsApp saat ini.

Kesimpulan

WhatsApp hingga kini masih mengandalkan basis data berkas dan SQLite sebagai basis data utamanya. Teknologi ini terbukti sangat efisien, scalable, dan aman untuk mendukung layanan pesan instan WhatsApp. Mekanisme sinkronisasi data antar perangkat pengguna juga berjalan baik didukung backup cloud.

Ke depannya WhatsApp mungkin perlu menambahkan komponen basis data terdistribusi untuk mengantisipasi pertumbuhan pengguna yang makin masif. Namun prinsip kesederhanaan dan efisiensi akan tetap menjadi pertimbangan utama pengembangan basis data WhatsApp.

Dengan basis data berkas yang dikombinasikan dengan SQLite, WhatsApp telah berhasil membangun layanan pesan instan terbesar di dunia dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan. Teknologi basis data sederhana namun tangguh ini terbukti mampu mendukung skala adopsi yang belum pernah terjadi sebelumnya.